Semut jantan

Semut

Beberapa waktu lalu, ketika seekor semut jantan berjalan, dia tak sengaja sampai pada tempat yang dia sendiri tidak tahu. Wajahnya pucat, hatinya sendu, Bagaimana tidak, itu adalah tempat asing yang sebelumnya belum pernah ia jajaki. Warnanya tidak seperti yang sebelumnya ia pernah temui, dan lingkungannya lebih gemerlap dari tempat asalnya.

Saat itu, langkahnya penuh kebimbangan, matanya sembab akibab kisah yang baru ia alami, Hingga akhirnya menuntun langkah goyahnya sampai pada tempat itu, tempat misterius yang ia sendiri tidak tahu.

Dia tidak terlihat takut sama sekali, hanya sedikit bingung, lalu melanjutkan langkah sedihnya itu menyusuri bebatuan yang licin, tanpa takut terpeleset sedikitpun.

Saat itu, tidak ada yang dia takuti, ataupun khawatirkan. Karena ketakutan dan kekhawatiran itu semua sudah menjadi nyata pada kejadian sebelumnya, ketika perasaannya di tolak oleh semut yang dicintainya, untuk mengejar cita-citanya ke Australia.

Semut jantan itu dengan patah hati akhirnya memutuskan untuk pergi, ia menaiki kereta arah timur, dengan rasa sedih dan hati yang terus mencoba menerima kenyataan bahwa perasaannya tidak disambut hangat oleh yang dicinta.

Entah apa yang ada dipikirannya, ia pergi begitu jauh dari tempatnya. Tempat tidurnya, tempat tinggalnya, tempat kerja yang setiap hari ia berkumpul dengan teman-temannya termasuk semut yang dicintainnya, ketempat yang sepi, sendirian.

Mungkin ia benci jika harus tiap waktu bertemu dengan orang yang telah menolak perasaannya. Atau mungkin karena cintanya yang begitu besar, sehingga dia pergi dari tempat yang sebenarnya ia sukai.

Seperti kisah Ambo pada buku Rindu karya Tere Liye, yang kurang lebih, “seseorang akan pergi jauh karena 2 hal, karena rasa cinta yang besar, atau rasa sakit yang besar”

Sayangnya, si semut jantan ini pergi jauh karena hal kedua, rasa patah yang sangat besar. Terlebih ditinggal pula ke Australia, dengan keadaan sisemut jantan yang ala kadarnya, betapa menyedihkan ketika cinta yang dia harapkan tidak bisa menerimanya, karena akan pergi jauh, sekaligus untuk mengejar yang di cinta-pun tak mampu. Andaikan si semut jantan mampu, dengan keadaan yang mencukupi untuk membersamai sisemut betina pergi ke Australia mengejar mimpinya, mungkin sisemut jantan akan hidup bahagia. Tapi apa daya, dia tidak bisa. Patah karena tidak berdaya akan lebih sangat menyakitkan ketimbang patah ketika sudah berjuang mati-matian.

Tapi apa mau dikata, takdir lebih jeli melihat keadaan seseorang. Dia memiliki rencana yang lebih matang untuk siapapun yang hidup di bawah naungan pengaturan. Takdir membuat seseorang patah hingga terlihat tak bisa lagi berjalan, juga membuat orang terbang tinggi seakan mencapai puncak nirwana dengan penuh bangga. Namun Takdir tidak benar-benar menunjukkan jati dirinya. Dia menyimpan rahasia pada penampakan yang manusia lihat itu kejam atau luar biasa. Dia menyimpan “sesuatu” yang banyak orang tidak tahu. Bisa jadi, Takdir memperlihatkan kepedihan seseorang di mata kita, tapi sebenarnya dia sedang menimang orang itu dengan penuh kasih sayang untuk dituntun pada “sesuatu luar biasa” yang orang lain tidak tahu. Juga bisa jadi Takdir memperlihatkan indahnya hidup seseorang seakan dia melayang dan mudah dalam melakukan segalanya, padahal Takdir menyembunyikan “sesuatu” dibaliknya.

Para semut tidak pernah tahu, apa yang sebenarnya Takdir perlihatkan padanya. Bahkan para semut tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi padanya. Mereka hanya menikmati apa yang didepan mata, kemudian jika ada semut lain yang menurutnya lebih baik, dia akan iri dan menggertak takdir dengan berkata dia “tidak adil”.

Kita tidak pernah benar-benar tahu apa yang sebenarnya Takdir sembunyikan dari kita. Tapi kita semua (seharusnya) tahu apa yang Takdir mau dari kita, yaitu menerima semua ketentuan-Nya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top