
Sedih ya jika jadi laki-laki dan beneran terjadi seperti itu? Pertanda kalo emang udah capek-capet ngusahain sesuatu eh ujung-ujungnya di tinggal juga dengan kematian. Tapi gimana kalo silaki-laki itu punya pandangan yang berbeda?, pandangan yang lebih jauh dari yang orang-orang kira?
Rosululloh mengajarkan kita untuk memiliki pandangan jauh sampai ke akhirat. Bahkan di wahyukan kepada beliau dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat berapa lupa, tapi ada di pertengahan juz 2 sisi sebelah kanan bawah.
Diceritakan disitu ada yang berdoa :
Diantara mereka ada yang berdoa : Duhai Tuhanku, berikanlah kepadaku kebaikan di dunia. Maka tidaklah mereka mendapat kebaikan di akhirat.
Lalu di ayat lanjutannya Allah memerintahkan :
Maka berdoalah : Duhai tuhankan, berikanlah kepadaku kebaikan di dunia dan juga kebaikan di akhirat.
Lelaki, atau siapapun yang memilik pandangan jauh sampai akhirat, mereka tidak akan rugi setelah kelelahan mereka hidup didunia. Karena mereka juga mempersiapkan semua itu dengan niatnya untuk kebaikan di akhirat yang tentu balasannya berlipat ganda dari apa yang mereka dapatkan di dunia.
Kerjanya sama, usahanya sama, belajarnya sama, capeknya sama, namun niatnya berbeda. Mereka tidak hanya meniatkan untuk apa yang ada didunia saja, melainkan juga meniatkan untuk akhirat.
Seperti misal ketika seorang menulis. Apa yang mereka tulis dihasilkan dari usaha yang mereka lakukan. Pikiran mereka yang bekerja dan proses kreatif yang sedemikian rupa. Namun ada yang akhirnya dia mendapatkan dunia saja, ada juga yang akhirnya mendapatkan akhirat juga. Semua itu balik kepada niatnya seperti apa.
Lantas bagaimana cara meniatkan sesuatu agar tidak hanya mendapat dunia saja?
Pertama ada beberapa hal yang harus kita ketahui dulu, sebenarnya apa sih tujuan kita diciptakan didunia ini, apa yang harus kita lakukan dan apa yang tidak boleh kita lakukan.
Tujuan penciptaan pertama adalah untuk beribadah pada Allah. Sedangkan bentuk ibadah itu tidak hanya yang ibadah ritual saja, melainkan juga ada ibadah muamalah, jual beli, bersosialisasi dan lainnya.
Di Al-qur’an Allah juga memerintahkan untuk mencari fadhillah dimuka bumi ini setelah kalian sholat jum’at. (ada di surah Al Jumuah).
“Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah, dan jangan lemah. Jika kamu tertimpa sesuatu, jangan berkata: ‘Seandainya aku berbuat begini atau begitu,’ tetapi katakanlah: ‘Qaddarallah wa maa syaa fa’ala’ (Allah telah mentakdirkan, dan apa yang Dia kehendaki, Dia lakukan).” (HR. Muslim)
Maka, dalam proses mengejar mimpi dan cita-cita kita, kita harus meniatkan untuk melakukan perintah-perintah Allah tersebut yaitu perintah berikhtiar, perintah bersemangat dalam mengejar sesuatu yang menurut kita manfaat, dan bertawakkal atase semua prosesnya, yang artinya dia mengusahakan apa yang dia inginkan dan menyerahkan hasilnya pada Allah, maka itu terhitung ibadah.
Ketika kita mengejar cita-cita untuk bisa bekerja diluar negeri, yang mana itu bermanfaat bagi kita menurut kita, maka bersemangatlah.
Ketika kita berjualan karena membuat kita bisa mendapat uang, dan bisa membantu orang mendapatkan apa yang mereka cari, dan dalam prosesnya dia bertawakal pada Allah dan tidak melakukan hal-hal yang dilarang, maka itu masuk kedalam ibadah.
Ketika kita bekerja pada suatu perusahaan yang dimana perusahaan itu mempermudah proses masyarakat umum dalam mendapatkan penanganan kesehatan, maka itu juga ibadah.
Dan masih banyak hal lain yang kemudian jika niatnya adalah sesuatu yang Allah perintahkan, maka itu akan dihitung sebagai ibadah dan kita akan mendapatkan kebaikan bukan hanya didunia, melainkan juga di akhirat nantinya.
Lalu apa yang harus dinikmati ketika pada akhirnya semuanya ditinggal mati?
Oh, tentu kenikmatan itu datang ketika kita bertawakal pada Allah dan meniatkan semua itu untuk Allah. Nikmat itu berbentuk kelapangan hati dan ketenangan jiwa dari rasa khawatir. Karena niatnya bukan untuk dunia, melainkan untuk akhirat yang sudah pasti balasannya.