Dalam hidup, kita kerap kali berhadapan dengan manusia lain untuk berinteraksi dan berbagi sesuatu seperti informasi, entah itu dalam pekerjaan maupun hidup bersosial seperti pada umumnya. Namun dalam proses berbagi itu, kadang kita sering menemukan sesuatu yang kontra dengan sudut pandang kita, bertentangan dengan nilai yang kita pegang, atau maksud yang berbeda antara satu sama lainnya.
Komunikasi adalah jalan untuk bisa menemukan dua maksud yang berbeda. Tanpa komunikasi, setiap kepala berjalan menurut asumsi mereka masing-masing berdasarkan pengalaman dan sudut pandang yang mereka lihat. Karena dalam pertukaran itu juga membawa suatu maksud yang setiap orang menganggap bahwa itu adalah suatu yang benar, maka dalam hal ini kerap kali akan terjadi konflik karena setiap kepala memahami apa yang mereka maksud dari sudut pandang yang mungkin sangat berbeda sekali dengan kepala lainnya yang memandang dari sudut yang berbeda pula.
Maka ketika itu terjadi, kerendahan hatilah yang seharusnya di kedepankan untuk bisa mengerti maksud satu sama lain, dan berempati akan orang lain sehingga dia bisa lebih mengerti dan memahami sudut pandang orang lain sehingga terciptakan suatu paham yang sama sehingga bisa mencari kebenaran yang saling menguntungkan.
Konflik yang terjadi antar kepala, seringkali karena berbedanya pandangan, namun perbedaan pandangan ini seringkali karena ketidak adaannya komunikasi antara satu dengan yang lainnya, atau sering kali merasa benar sendiri dan mengikuti rasa egois diri sendiri dan tidak mau mendengarkan dan merendahkan hati untuk mendengarkan orang lain, sehingga perpecahanlan yang terjadi.
Dalam hidup ini, mau tidak mau kita harus sering merendahkan hati dan mencoba memahami, meski memang tidak jarang apa yang kita lakukan palah dijadikan kesempatan oleh orang lain untuk semakin mendominasi atas kebenaran yang mereka pahami karena rasa egositas mereka dan palah semakin besar kepala karena merasa mereka yang benar, dan membuat mereka semakin nafsu untuk menang sendiri, dan yang lain salah. Padahal mungkin, bisa jadi itu merugikan orang lain, menyusahkan, atau palah mereka salah. Namun karena ke egoisan diri mereka, seolah membuat mereka benar dan membutakan merekau untuk semakin keukeuh dalam kebenaran subjective yang merugikan dan menyakiti orang lain.
Aku sendiri tidak tahu bagaimana cara menghadapi manusia tipe seperti ini. Karena jika dibilang kesal, tentu saja sangat kesal karena sudut pandang kita tidak di dengar, keadaan kita di abaikan, dan kesulitan yang kita alami tidak di pedulikan. Tapi mau bagaimanapun, aku harus mencari cara bagaimana cara mengatasi hal seperti ini, dan pada ahirnya, mungkin bisa dibilang akutahu sedikit triknya.
Rasa kesal kita tumbuh karena kesulitan yang kita hadapi tidak di pedulikan dan orang lain hanya mengedepankan sudut pandang mereka. Rasa kesal karena hal itu bisa menjadi sedikit reda ketika kita bisa menumbuhkan rasa empati pada lawan bicara kita dengan mencari tahu kenapa dia memiliki sudut pandang seperti itu atau mengapa dia memiliki keputusan seperti itu.
Kemudian selain mencoba memahami orang lain, kita juga harus bisa menyampaikan pendapat kita.
Sama seperti rasa kesal kita yang tumbuh karena orang lain hanya menyampaikan sudut pandang mereka dan kemudian kita merasa menjadi sedikit reda kekesalannya setelah mencari tahu alasan orang itu dengan pandangannya, orang lain juga begitu. Mereka bisa merasa kesal karena sudut pandang kita, dan bisa jadi karena mereka tidak tahu alasan dibalik sudut pandang kita yang membuat mereka salah paham. Maka kita bisa menceritakan sudut pandang kita atau alasan kita sehingga mereka bisa paham dan mengerti keadaan kita dan hal yang melatar belakangi pandangan kita yang mungkin bisa menumbuhkan empati untuk orang lain. Namun jika ternyata tidak bisa juga, maka yang harus kita lakuka adalah kita harus bisa memandang hal itu sebagai chalange untuk kita dan membuat kita bisa menerima dan membuat kita bisa bertumbuh lebih baik lagi.
Sepeti lirik pada lagu JKT48 yang berjudul first rabit, “setiap terluka jadi makin dewasa”, kepedihan dan rasa sakit, di abaikan, atau dianggap remeh, jika kita bisa bersabar dan mengambil pelajaran darinya, maka kita akan bertumbuh dan menjadi pribadi yang semakin lapang jiwanya, menjadi seperti laut yang mampu menerima semua aliran sungai, kemudian membalasnya dengan ikan-ikan. Agar puitis, tapi kalo memang jiwa kita lapang, dan pov kita hanya tentang “aku dan Tuhan”, itu bukan hal yang mustahil, karena kemudian kita melihat hubungan kita antar manusia “ya sudah memang seperti itu apa adanya dengan bermacam bentuk drama dan kompleksitasnya” tapi kita sadar, bahwa “ini adalah alur dari Tuhan yang memang sengajar di hadirkan untuk menumbuhkan, atau setidaknya mendekatkan kita denganNya jika kita bisa bersabar dan tetap dalam kebaikan” .
Kita harus belajar dari pribadi agung Nabi Muhammad, ya tentu levelnya sudah berbeda, namun setidaknya dengan menjadikan beliau sebagai motivasi dan tempat belajar, kita perlahan bisa mengikuti dan mengerti bagaimana sudut pandang beliau yang menjadikannya memiliki jiwa yang begitu agung luar biasa.
Ya, kurasa semua orang sudah tahu, Lillah jawabannya.
mungkin bersambung….