Suatu ketika aku merencanakan untuk jogging di GBK. Singkat cerita, aku ingat, ada teman yang sebelumnya pernah chat untuk diajak jika mau jogging di GBK, Flora namanya (samaran), lalu ku ajaklah dia untuk jogging bersama dengan beberapa teman kantor lainnya.
Flora sebelumnya adalah teman kantor yang memang satu kerjaan, namun beda divisi. Karena melanjutkan studinya di S2, dia akhirnya memilih resign dari tempat kerjaku.
Kitapun bertemu di GBK setelah aku berlari pas di 3 putaran. Jam menunjukan masih pukul setengah sembilan malam itu. Dan memang biasanya setelah 3 putaran aku pulang, namun karena dia baru datang, akhirnya aku menambah lagi beberapa putaran dengannya, namun kali ini full jalan, bukan lari.
Alasannya cukup sederhana, karena selama berputar, tiap langkah kita di penuhi dengan percakapan, sehingga tidak terpikir untuk lari saat itu.
Namun, ada hal yang menarik kala itu, yaitu dia bercerita banyak hal padaku setelah aku mencoba menanyakan tentang bagaimana kuliahnya dan serepot apakah saat ia kuliah.
Sebagai orang yang suka mengamati dan ingin tahu bagaimana pola pikir orang lain, aku sering menanyakan hal serupa pada orang-orang yang kutemui, entah itu orang baru, atau bahkan orang lama yang kebetulan spend waktu berdua. Dan beberapa dari mereka kudapati, ketika kutanya tentang hidup, berakhir dengan kebingungan dan kegelisahan tentang hidup mereka, namun kali ini tidak dengan Flora.
Aku tidak tahu, tapi aku merasa sedikit amaze dengan bagaimana dia menjalani hidup.
salah satu pertanyaanku “Udah ada rencana apa aja kedepan?”
“Gak tau, gak ada rencana, aku jalani aja setiap prosesnya, dan kalo ada kesempatan ya kuambil”
Begitu jawabnya, setelah sebelumnya dia bercerita tentang dia mendapatkan teman yang sangat baik yang mau mengajarinya banyak hal dan mendapatkan kenalan yang sangat baik yang bahkan menawarinya bergabung di perusahaannya yang bisa dibilang besar, kurang lebih seperti itu yang kuingat di pembicaraan kita malam itu.
Namun bukan jawaban itu yang membuatku overthinking, tapi emosi yang keluar saat mengucapkan itu yang membuatku berpikir “kok bisa sesantai ini?”
Karena dari kebanyakan orang yang pernah kutanya, aku bisa merasakan tentang betapa khawatirnya mereka akan masa depan dari caranya menjawab meski kalimatnya seakan penuh percaya diri. Ya, aku bisa merasakan emosi orang lain ketika berbicara bedua dengan mereka, aku bisa tahu, apakah yang keluar dari teko itu benar-benar isinya, atau sesuatu yang lain yang sebenarnya bukan miliknya, dan aku mendapati, ucapan yang keluar dari Flora memang seperti itulah cara dia menjalani hidup selama ini, pikirannya dipenuhi sesuatu yang positif, sehingga palah aku yang tanpa sadar menuangkan isi teko asli milikku yang penuh kekhawatiran itu.
Pada kenyataannya, mereka yang hatinya yakin, tidak akan merasakan kekhawatiran apapun dalam hidup ini, karena mereka tahu dan paham, bahwa Allah lah yang mengatur semuanya, bukan diri ini atau orang lain.